BANYUWANGI — Menurut data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 27 persen pasien di seluruh dunia mengalami kesulitan tidur atau insomnia. Menariknya, angka ini menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada pasien perempuan dibandingkan laki-laki.
"Faktor lain yang memicu insomnia termasuk gangguan mental seperti post-traumatic stress disorder, konsumsi alkohol, kafein, dan nikotin," tambahnya. "Selain itu, makan berlebihan sebelum tidur dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat berbaring."
Insomnia juga bisa disebabkan oleh penyakit kronis seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi (HT), dan penyakit gastroesophageal reflux (GERD), penggunaan obat-obatan tertentu, serta pertambahan usia. Dr. Daniek menekankan bahwa waktu tidur dan kualitas tidur sangat mempengaruhi kualitas hidup dan kesehatan seseorang secara keseluruhan. "Umumnya, orang membutuhkan delapan jam tidur sehari untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit," jelasnya.
Dalam mengatasi insomnia, akupunktur menjadi salah satu metode yang efektif. Teknik ini melibatkan penusukan jarum pada titik-titik tertentu di tubuh untuk meningkatkan kadar serotonin dalam serum, yang diyakini berperan dalam proses tidur. "Akupunktur memicu pelepasan morfin endogen tubuh, sehingga menimbulkan efek mengantuk," kata Dr. Daniek.
Beberapa pasien yang telah menjalani terapi akupunktur melaporkan peningkatan kualitas tidur mereka. Setelah menjalani terapi, mereka merasa tubuh lebih bugar dan fit.
Dengan meningkatnya kasus insomnia, penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kebiasaan tidur dan mencari bantuan medis jika mengalami kesulitan tidur yang berkepanjangan. Akupunktur dapat menjadi salah satu alternatif terapi yang patut dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan.