Daerah

Dinas Pengairan Bersama Satpamobvit Petakan Potensi Kekeringan Akibat El Nino

Dinas Pengairan Bersama Satpamobvit Petakan Potensi Kekeringan Akibat El Nino

Keterangan Gambar : Istimewa

Banyuwangi, - Satuan Pengamanan Obyek Vital (Satpamobvit) Polresta Banyuwangi menjalin sinergi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan setempat. Sinergi ini untuk membahas ketersediaan air dan potensi kekeringan akibat dampak El Nino. 

Air bersih untuk keperluan hidup di wilayah itu mulai sulit didapat. Kendati demikian air untuk irigasi masih aman.

"Memang ada titik-titik tertentu, seperti di wilayah Wongsorejo mulai terdampak kekeringan air bersih. Sementara air irigasi untuk pertaniannya masih aman," ungkapnya.

Untuk ketersediaan air bersih terus diupayakan. Polresta Banyuwangi telah membangun sumur bor di wilayah Pal 6, Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga di lingkungan setempat.

"Rencananya, sumur bor yang dibangun Polresta Banyuwangi itu dijadwalkan akan diresmikan langsung oleh Ibu Kapolri pada 14 September mendatang," ungkapnya.

Hasil koordinasi dengan DPU Pengairan dipastikan air irigasi di Banyuwangi masih tersedia. Setidaknya aman hingga bulan September mendatang. 

Pihaknya bersama DPU Pengairan juga telah melakukan pengecekan debit air di beberapa dam. Diantaranya dam yang ada di wilayah Sobo dan Pakis juga masih aman.

"Hanya satu titik saja di Wongsorejo. Airnya sudah menyusut, mulai terdampak kekeringan," cetusnya.

Sementara itu, Sekretaris DPU Pengairan, Riza Al Fahrobi menyebut dinas telah menyiapkan skema untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk akibat kekeringan. 

Mulai dari penyiagaan penjaga palang pintu untuk mengatur debit air. Pun juga penataan pasokan air dan fungsi bendungan sebagai sumber irigasi serta mitigasi kebutuhan air terutama untuk irigasi pertanian. 

"Petugas di lapangan telah memberlakukan pengaturan jadwal pemberian air agar petani bisa menanam dan menyemai secara bergantian. Penataan pasokan air sungai dan fungsi bendungan sebagai sumber air irigasi bagi petani," terangnya.

Ada pula upaya suplesi interbasin ketika suplai air irigasi pada daerah irigasi tertentu membutuhkan pasokan air dapat dipenuhi dari daerah irigasi lainnya melalui suplesi interbasin tersebut. 

"Rekayasa irigasi tersebut tentunya perlu dukungan masyarakat untuk mematuhi pola tanam selaras dengan rencana tata tanam global (RTTG). Sehingga kebutuhan irigasi sesuai rekayasa yang dilakukan," ucapnya.

Mengenai ketersediaan air bersih, lanjut Riza, sebanyak 71 titik pembangunan infrastruktur perpipaan dibangun tahun ini. Titik-titik tersebut tersebar wilayah rawan air.

Diantaranya Desa Sidowangi (Kecamatan Wongsorejo), Desa Gumuk (Kecamatan Licin), Desa Kebonrejo (Kecamatan Kalibaru), dan Desa Bumiharjo (Kecamatan Glenmore).

"Pembangunan ini sesuai pengajuan dari masyarakat, menyesuaikan kebutuhan mereka. Selain pipanisasi, di sejumlah wilayah juga dibangun tandon, ada juga sumur bor baru untuk mendukung akses air bersihnya," bebernya.

Program pengembangan infrastruktur air bersih di Banyuwangi tak sekadar pembangunan jaringan perpipaan baru, melainkan juga pemeliharaan terhadap jaringan perpipaan yang sudah rusak atau aus.